Kamis, 18 Agustus 2016

Dimana Kau Sang Penguasa Trotoar?

Sebatas kata sebatas tulisan yang ada dipikiran.
Indonesia, satu-satu nya negara dimana saya pernah tinggal. Sejak kecil sampai saat ini, saya masih tinggal di negara yang memiliki banyak suku bangsa ini. Salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan jumlahnya mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Maka tidak aneh bila kita tinggal di kota besar, terjadilah ledakan penduduk, terlebih lagi kepadatan penduduk di Indonesia tidak merata.

Tetapi menjadi aneh bagi pandangan saya, dengan jumlah penduduk sebanyak itu jarang sekali saya melihat orang yang berjalan kaki di trotoar. Disepanjang jalan kendaraan bermotor, pasti kita akan menemukan trotoar yang berjajar tidak rapi dan juga terkadang juga disisipi pedagang kaki lima, tetapi dimanakah pejalan kaki sang penguasa trotoar?? Bahkan dibawah derasnya arus lalu lintas yang begitu padat, terjadi pandangan yang sangat kontras, dimana kita akan menemukan sepinya pejalan kaki, sang pemilik sah penguasa trotoar.
Terhenyak dipikiran, mengapa begitu sepi pejalan kaki di kota saya, apa ada yang salah dengan pejalan kaki??




Teringat beberapa kejadian yang lalu, saat itu saya sedang pergi berjalan kaki ke mini market modern yang berada tidak jauh dari rumah saya. Sesaat sebelum sampai, tiba-tiba terdengar suara teman saya yang memanggil dari jalan “ayo bareng!”, dan spontan langsung saya balas “gak bro, cuman mo ke sini” dengan berpikir “memang gak boleh jalan yah?”.
Sebuah tawaran yang baik dari teman saya untuk bersama naik motor. Tetapi jujur saya tersinggung dengan ajakannya, seakan ada yang salah ketika berjalan kaki, padahal saya bangga ketika berjalan kaki. Teringat juga suatu ketika saya akan pulang dari suatu komunitas, teman saya berkata “Eh tolong antarkan dong sih ini, kasian dia jalan kaki”, tersentak dalam pikiran saya lagi, meskipun tidak terungkapkan, “memang kalau orang jalan kaki itu kasian yah??”

Ada sesuatu yang salah dari cara berpikir di negara kita ini, yaitu ada sebuah anggapan bahwa berjalan kaki adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, sesuatu yang tidak normal, atau kalau boleh saya katakan sesuatu yang rendah bila harus berjalan dengan kaki. Padahal tidak pernah ada yang salah dengan jalan kaki. Nyatanya tubuh kita perlu berjalan kaki untuk menguatkan tulang, berjalan kaki juga akan meningkatkan metabolisme tubuh kita, sehingga otak kita dapat bekerja lebih baik. Berjalan kaki akan meningkatkan imun tubuh, meningkatkan memori otak, mencegah kanker, menahan diabetes, menurunkan tekanan, memperkecil terkena stroke. Berjalan kaki juga menghemat bbm yang terbatas, terlebih lagi menggurangi penggunaan kendaraan bermotor, sehingga menurunkan kadar polusi di bumi ini, yang kita tahu bumi ini sudah mulai “menua”. Berjalan kaki juga akan mengurangi jumlah kendaraan bermotor, sehingga jalan tidak terlalu padat. Terlebih lagi berjalan kaki menyehatkan tubuh kita. Lalu mengapa masih banyak orang tidak mau berjalan kaki bila ada banyak keuntungan dengan berjalan kaki??

Yah.. yang pertama  sudah saya ungkapkan yaitu ada cara pikir yang salah tentang berjalan kaki, dimana pejalan kaki di anggap nomer dua, atau menjadi kegengsian bagi kita untuk berjalan kaki “Hellow, hari gini masih jalan kaki?? Emang gk ada ada kendaraan apa??”. Suatu hal yang cukup disayangkan menurut saya, sesuatu yang baik bukan diusahakan tetapi menjadi bahan ejekkan. Kedua, karena tidak nyaman nya trotoar bagi pejalan kaki. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seringkali trotoar di indonesia harus berbagi tempat dengan pedagang kaki lima atau dengan toko yang memanjangkan jualannya di trotoar, sehingga membuat pejalan kaki harus naik turun, ke kiri dan kanan, tentu hal ini sangat tidak menyenangkan, terlebih juga dengan teriknya panas matahari dan asap dari kendaraan yang bermotor. Ketiga karena keamanan, banyak orang tidak mau berjalan kaki karena merasa tidak aman, adanya cegatan dari preman, maling penodong, atau juga sifat tidak ramah dari orang-orang yang terus melihati ketika kita berjalan. Terlebih bagi wanita, tentu saja ini sangat tidak nyaman, terlebih jika mereka digoda oleh pria-pria. Keempat karena rendahnya peran dari pemerintah, saya merasa pemerintah kurang peka tentang arti pentingnya berjalan kaki. Pemerintah seakan diam saja ketika hak-hak pejalan kaki diambil oleh berbagai pihak dan keamanannya yang tidak terjamin, padahal undang-undang menulis dengan jelas bahwa pejalan kaki memiliki hak untuk dilindungi. Rendahnya sosialisasi tentang baikknya berjalan kaki sangat jarang digalakkan pemerintah ataupun dinas pendidikan. Keenam adalah tidak ramahnya pengguna kendaraan bermotor bagi pejalan kaki. Poin ini sebetulnya hampir sama dengan poin pertama yaitu tentang cara pikir. Seringkali pengguna kendaraan bermotor tidak mau mendahulukan pejalan kaki. Sehingga seringkali terjadi kecelakaan pada pejalan kaki.

Well, tetapi apapun alasannya hal itu akan tidak akan menjadi alasan, jika kita punya tekat untuk berubah, membuat Indonesia menjadi lebih baik. Jangan menunggu pemerintah berubah, jangan menunggu juga jalan menjadi baik, jangan menunggu semua pedagang kaki lima menghilang, karena alasanpun akan selalu ada. Mengkritik pemerintahpun juga terasa kurang berguna, karena pemerintah juga akan membalas dengan seribu alasan. Lebih baik kita mulai membuat terobosan dari diri kita sendiri, ajak teman-teman kita juga memulainya. Saya yakin suatu saat di indonesia pejalan kaki juga mendapatkan hak yang layak seperti pejalan kaki di luar negri. Terlebih perjalan kaki juga akan meningkatkan sosialisasi kita karena selalu bertemu dengan sesama, membuat tubuh kita lebih sehat, dan belajar menyadari betapa pentingnya waktu yang kita miliki. Mari, memulai perubahan dengan sebuah langkah kecil yang bisa mengubah dunia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar